3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan
Sebagai Pemimpin
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert
Assalamu
alaikum warrahmatullahi wabarakaatu , Salam Sejahtera untuk Kita semua,
Salam Bahagia
Sahabat hebat semuanya , ijinnkan pada kesempatan ini kami para
CGP Angkatan 6 Nusa tenggara Barat sampai pada tahapan Koneksi Antar Materi
Modul 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan
Sebagai Pemimpin dari alur pembelajaran MERDEKA yang merupakan
akronim dari Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi
kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata.
Tulisan ini merupakan tugas dari Modul 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin. dan ringkasan dari Materi yang berasal dari LMS CGP Kemdikbudristek ,Komunitas Guru Berbagi Kemendikbudristek , Gurusiana.id. Pada kesempatan kali ini, kami harus membuat kesimpulan dan koneksi antara materi dari semua modul yang telah kami pelajari sebelumnya. Pengalaman pribadi dalam mengikuti kegiatan CGP dan keterkaitan materi di modul sebelumnya juga menjadi bagian dari pembuatan artikel ini. Yakni modul 1.1 Filosofi Pemikiran KHD, 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak, 1.3 Visi Guru Penggerak, 1.4 Budaya Positif, modul 2.1. Pembelajaran berdiferensiasi, sampai dengan modul 2.2 pembelajaran sosial emosional , Modul 2.3 Coaching Untuk Supervisi Akademik dan berbagai sumber terkait materi tersebut..
Selamat membaca semoga sehat selalu dan dalam lindungan Rabb Yang Maha Kuasa Aammiin .
Adapun Panduan
Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi
Antarmateri) sebagai Berikut :
- Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
- Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam
diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
- Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita,
terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita
ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah
ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’
yang telah dibahas pada sebelumnya.
- Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola
dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
- Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik?
- Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat,
tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
- Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan
paradigma di lingkungan Anda?
- Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang
kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid
kita yang berbeda-beda?
- Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran
dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan
murid-muridnya?
- Apakah kesimpulan akhir yang dapat
Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika
dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah
Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral
dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di
modul ini?
- Bagaimana dampak mempelajari konsep
ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam
mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
- Seberapa penting mempelajari topik modul
ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Pengalaman pribadi dalam mengikuti kegiatan CGP dan keterkaitan materi
di modul sebelumnya juga menjadi bagian dari pembuatan artikel ini. Selamat
membaca semoga sehat selalu dan dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.
1. Bagaimana filosofi Ki
Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan
penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang
terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu : Ing
ngarso sung tulodo, artinya di depan menjadi teladan. Dalam pengambilan
keputusan maka seyogyanya seorang guru harus menerapkan prinsip dan paradigma
pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil adalah dapat
dijadikan contoh atau teladan bagi murid-murid baik di kelas maupun kehidupan
pribadinya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses
pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada siswa
dalam hal bagaimana mengambil keputusan yang tepat yang tentu saja akan
berdampak pada kesejahteraan siswa kita. Ing madya mangun semangat karsa,
artinya di tengah membangun. Hal ini seyogyanya keputusan seorang pemimpin
pembelajaran harus bisa memberikan bagi murid untuk belajar dan mengembangkan
potensi diri Tut wuri handayani. yang artinya di belakang memberi dukungan
dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang dibutuhkan harus memberikan
dukungan, dorongan bagi murid sehingga bisa menjadi lebih baik.
Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin
pembelajaran seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak pada
murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan
keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka.
Dimana nilai ketiga adalah sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi dukungan
yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan
memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai tersebut
yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu menghasilkan pengambilan
keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan berpihak pada kepentingan murid.
Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarsa sung tuladha memberikan pengaruh
yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD
berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan tauladan atau
contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang
guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap
Triloka ing madya mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk
dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara
mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan.
Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.
2. Bagaimana
nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru bainya memiliki nilai-nilai positif
yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi
dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai
yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang
tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif,
kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut
merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang
menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan
rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada
dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita
berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar. Keputusan tepat
yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang
teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita
mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu
memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai
positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid
adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional
kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan keterampilan
berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk
meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang akan pikiran
seseorang dalam suatu keputusan. nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara
pandang terhadap situasi atau masalah, prinsip kita dalam memutuskan sesuatu.
Sebagai seorang pembelajaran guru berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada
murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai
tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat ditanggung
jwabkan. Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan
yang memperkuat dan juga cara pandang terhadap masalah sehingga dapat
mempertajam analisis terhadap kasus dilema etika maupun bujukkan moral yang
dialami dan memperkuat paradigma berpikir maupun berpikir kita sehingga kita
berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa
diperbuat.
3. Bagaimana materi
pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan)
yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita
ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan
tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’
yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting
dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri
kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA,
kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat
pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila
dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil. Pembimbingan
yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu
saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai
kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat
saya pertanggung jawabkan.
Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang
akan diambil keputusannya, dimana coach menguraikan masalahnya dengan membantu
terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan
mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach
mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam
pilihan-pilihan solusi atas masalahnya. Kegiatan terbimbing pada materi
pembelajaran, sangat membantu sekali dalam mengarahkan guru pada pengambilan
keputusan yang tepat dan guru sebagai coachee dapat menganalisis keputusan yang
telah diambil, dengan pertanyaan – pertanyaan yang bisa mengembangkan
metakognisi/berpikir kritis terhadap keputusan sehingga guru sebagai coachee
bisa mengeksplor potensi diri dan menghasilkan keputusan yang berpihak pada
murid sehingga gurupun dapat mengoptimalkan potensi siswa melalui pembinaan
dalam pengambilan keputusan. Secara umum proses coaching merupakan kegiatan
kemitraan antara coach dan coachee yang membantu coachee untuk membuat
keputusan yang tepat terhadap masalah yang dihadapi. Tahap demi tahap proses
coaching dari segi tujuan, masalah, rencana aksi dan berisi pertanyaan
reflektif, terbuka dan efektif yang bisa menggali potensi coachee pada proses
pengambilan keputusan, terutama 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan
bisa dijadikan sebagai panduan coach untuk mengarahkan coachee pada pengambilan
keputusan yang efektif
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka
belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal
ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid
agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching
yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA
dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal,
Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai
coachee dari sesi coaching ini,
Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada
diri coachee,
Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil
pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah
rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :
T : Tujuan
I :
Identifikasi
R : Rencana
aksi
TA :
Tanggung jawab
4. Bagaimana
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan
berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema
etika?
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu
menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam
proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai
profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan
yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik.
Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan
pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga
dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
5. Bagaimana
pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada
nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid
dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap
permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari
berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah
permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan
kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau
pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang
dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika
nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan
tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika
nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma
maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan
tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut
oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan
berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk
menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan
meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan
semua pihak khususnya peserta didik.
Nilai-nilai yang dimiliki seseorang bisa
berupa nilai kejujuran, loyalitas, kepedulian, kepedulian terhadap orang lain,
memenuhi janji dan lainnya. Nilai yang ada tersebut akan menentukan prinsip
dalam pengambilan keputusan. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, dalam
membuat keputusan sering menggunakan lebih dari satu pertimbangan tentu
berdasarkan nilai-nilai etika yang dipahami dan dianutnya. Pengambilan
keputusan adalah memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang
efisien sesuai dengan situasi yang dialami. Sehingga nilai-nilai yang dianut
seseorang akan menentukan sudut pandang, kecendrungan paradigma dan prinsip
yang diambil seseorang dalam membuat keputusan.
Dilema Etika adalah situasi dimana terjadi
batin karena situasi yang memiliki situasi yang sama namun bertentangan. Etika
berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga keputusan yang diambil
mencerminkan nilai-nilai yang dianut atau dijunjung tinggi.
untuk itu dalam memutuskan kasus dilema etika
maka guru harus memegang teguh 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujian
pengambilan keputusan.
4 Paradigma Berpikir:
· Individu lawan masyarakat
(individu vs komunitas)
· Rasa keadilan lawan rasa panggang (justice vs rahmat)
· Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
· Jangka pendek lawan jangka panjang (jangka pendek vs jangka panjang)
3 Prinsip Berpikir:
· Berpikir Berbasis Hasil Akhir
(Ends-Based Thinking)
· Berpikir Berbasis Peraturan
(Rule-Based Thinking)
· Berpikir Berbasis Rasa
Peduli (Berpikir Berbasis Peduli)
Sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan yaitu:
Langkah 1 : Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam
situasi ini.
Langkah 2 : Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Langkah 3 : Kumpulkan fakta-fakta yang relevan
Langkah 4 : Pengujian benar atau salah, yang terdiri atas:
1.Uji Hukum
2. Uji Regulasi/Standar Profesional
3.Uji Intuisi
4.Uji Halaman Depan Quran
5.Uji Panutan/Idola
Langkah 5: Pengujian Para digma Benar lawan Benar
Langkah 6: melakukan Prinsip
Re solusi
Langkah 7 : Investigasi Opsi Trilema
Langkah 8: Buat keputusan
Langkah 9, Tinjau lagi keputusan dan refleksikan
6. Bagaimana
pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus
pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9
langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika
pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus
yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut
diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang
terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan yang tepat akan
memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga diaman kita
berada. Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai
pemimpin pembelajaran, karena secara langsung atau tidak langsung keputusan
kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau
lingkungan tempat kita berada, dan terutama komunitas dimana kita berada atau
siswa yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Sehingga dalam membuat keputusan kita harus
memikirkan konsekuensi yang efektif dari keputusan kita, dengan terlebih dahulu
memikirkan terlebih dahulu keputusan kita menggunakan prinsip-prinsip
pengambilan keputusan yang. Karena jika keputusan kita tepat, maka akan
terwujud lingkungan yang positif, juga kondusif serta aman dan nyaman, karena
keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita
salah mengambil keputusan, tentu saja konsekuensinya juga tidak akan baik dan
berdampak buruk pada lingkungan dan orang-orang yang beroperasi secara langsung
maupun tidak langsung dengan keputusan kita.
7. Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma
di lingkungan Anda?
Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada
keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak
kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan
sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka
hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid
dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila
keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian
dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong
belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan
kondratnya.
Jika masalah yang timbul merujuk
bersinggungan dengan pihak lain baik itu guru ataupun karyawan, maka dalam
menjalankan pengambilan keputusan saya akan menyesuaikan dengan lingkungan baik
jangka pendek atau jangka Panjang yang harus dihadapi setelah keputusan itu
diambil.
8. Apakah pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan
murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk
potensi murid kita yang berbeda-beda?
Keputusan yang kita ambil sebagai pemimpin
pembelajaran tentunya harus memerdekakan murid-murid kita. Keputusan seorang
guru dalam proses pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan tuntunan yang
bisa mengarahkan siswa pada pengembangan potensi, kebebasan berpendapat dan
kebebasan mengekspresikan diri dalam proses pembelajaran sehingga mereka
mendapatkan Merdeka belajar. Agar dapat memutuskan pembelajaran yang tepat
untuk potensi murid kita yang berbeda-beda, maka kita harus mengetahui
kesiapan, minat, dan profil belajar murid lebih dulu. Dengan memahami
ketiganya, maka kita akan mampu Menyusun pembelajaran yang berpihak pada murid,
yaitu pembelajaran berdiferensiasi, baik dari sisi konten, proses, maupun
produknya. Dengan mewujudkan pembelajaran yang demikian maka murid akan semakin
“merdeka dalam belajarnya”.
9. Bagaimana
seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan
pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat
dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif
, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka
sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang,
penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi
kehidupan dan pekerjaannya.
Guru adalah digugu dan ditiru (guru itu di percaya
dan ditiru) sehingga apapun yang kita putuskan sedikit banyak akan mempengaruhi
murid kita dan memberikan pengaruh besar dalam hidup mereka.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan
menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan
membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian
sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa
jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang
berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana
dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan
kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi
yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi
produk.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik
dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul
sebelumnya?
Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau
skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki
Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan
keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang
akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran
penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar
pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak
dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah
pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu
masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka
belajar.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus
mampu menerapkan Prinsip pratap triloka dari Ki hadjar Dewantara, yaitu Ing
ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai
penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai
yang berpihak pada siswa dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religiusitas
dan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu
mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi
pedoman pengambilan keputusan.
Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga menghargai
visi, misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan keputusan di sekolah
sebagai pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mandiri belajar murid dengan
mengarahkan murid pada proses pembelajaran dan pengembangan potensi siswa
melalui proses pembinaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan
hal ini akan memudahkan siswa dalam menentukan masa kelak. Kompetensi sosial
emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan
keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self
awareness, Pengelolaan diri (self management), Kesadaran sosial atau kesadaran
sosial, dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).
Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita
berada dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan prinsip
kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi
dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan
bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil strategi untuk
membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan siswa
pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan
sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.
Dalam pengambilan keputusann guru harus menerapkan
prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Untuk itu saya harus berlatih menerapkan
kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9
langkah pengambilan keputusan yang saya lakukan sebagai aksi nyata yang harus
saya lakukan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah saya yang saya buat
dalam rencana program
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep
yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4
paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar
dugaan?
Pemahaman saya tentang modul 3.1 adalah tentang penerapan 4 paradigma, 3
prinsisp, dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan. Dimana pemahaman tersebut
saya gunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang muncul untuk memetakan
mana yang benar vs benar ( dilema etika) dan benar vs salah (bujukan moral) Hal
diluar dugaan yang saya dapatkan pada modul ini adalah Ketika kita menghadapi
kasus dilema etika maka kita perlu memunculkan opsi trilema agar muncul solusi
kreatif yang bisa diterima semua pihak.
12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda
menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema?
Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Ya, saya pernah, misalnya Ketika ada murid saya yang Jarang Masuk
sekolah dia kesekolah Ketika waktu dekat akan ulangan – ulangan dan agenda
besar sekolah sementara Ketika akan naik kelas dilemanya siswa ini
akan tetap dinaikan setelah saya telusuri ternyata anak tersebut tinggal
bersama neneknya yang sudah tua, orang tuanya sudah bercerai sehingga
tidak ada yang membantu belajar. Dan yang akan mengurusnya , sesekali kita
Bersama teman yang ada sering berkunjung , untuk mengejar ketinggalan kita
memberikan bantuan materi agar tetap belajar dirumah dengan pengawasan
neneknya, Ketika itu saya jadi dilema, disatu sisi saya harus menegakkan aturan
agar anak tumbuh dengan rasa tanggungjawab, disisi lain saya kasihan terhadap
anak tersebut jika tidak dinaikan kelas . Akhirnya saya minta anak-anak untuk
membentuk kelompok belajar dirumah.yang berdekatan rumah setelah dipetakan
masih ada temanya yang berdekatan. Dan Alhamdulillah dengan berbagai pendekatan
siswa ini mulai rajin setalah dinaikan kelasnya .
Setelah mempelajari modul ini saya mengerti memang dilema etika tidak
bisa dihindari dan kadang kita harus memunculkan opsi trilema agar ada solusi
terbaik bagi semua.
13. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat
Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan
sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya cenderung menyelesaikan masalah
menggunakan prinsip end based thinking, yaitu saya melakukan karena itu yang
terbaik untuk kebanyakan orang maupun rule based tinking, yaitu berpusat pada
tugas dan aturan yang ada.
Setelah mempelajari modul 3.1 ini saya lebih banyak mengolah rasa empati
saya untuk memutuskan sesuatu menggunakan rasa peduli (care based thinking)
14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi
Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Sebagai individu, modul ini merupakan pembelajaran yang sangat penting
bagi saya, karena modul ini membuat saya mengerti bagaimana langkah-langkah
yang harus saya terapkan dalam mengambil sebuah keputusan yang
berhubungan dengan masalah pribadi saya. : Keputusan yang baik datang dari pengalaman “ Hidup adalah seni menggambar tanpa sebuah penghapus, jadi
berhati-hatilah dalam mengambil keputusan di tiap lembaran berharga dalam
hidupmu."
Sebagai pemimpin, modul ini juga angat penting karena keputusan yang
diambil akan menyangkut kepentingan orang banyak. Sehingga harus dianalisa dan
diputuskan penggunakan langkah-langkah yang tepat.
Orang yang terlalu memikirkan akibat dari sesuatu
keputusan atau tindakan, sampai kapanpun dia tidak akan menjadi orang
berani." - "Jangan pernah mengambil keputusan ketika sedang
marah dan jangan pernah membuat janji ketika sedang senang." - Ali bin Abi
Thalib
Salam Bahagia
Serentak bergerak Salam Guru Penggerak
0 komentar:
Posting Komentar