KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2 ( PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL ) _ MUHAMAD CGP ANGK.6 KOTA BIMA

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2.a.8

A. Sintesis Materi Pembelajaran social Emosional

            Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajar yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaboratif ini memungkinkan anak dan orang dewasa disekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. 

Tujuan pembelajaran sosial emosional 

  1.  Memberi pemahaman, penghayatan dan kemampuanuntuk mengelola emosi 
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif 
  3. Merasakan dan menunjukan empati kepada orang lain
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif 
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab.                                                                                    Ruang lingkup pembelajaran sosial emosional yakni Rutin, terintegritas dalam mata pelajaran dan protocol. Lima kompetensi sosial dan emosional (1) kesadaran diri (2) pengelolaan diri (3) kesadaran sosial (4) keterampilan relasi (5) pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Kerangka kompetensi pembelajaran sosial dan emosional CASEL menggunakan pendekatan yang sistematis yang menekankan pada pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid. Pendekatan pembelajaran sosial dan emosional melalui kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi, kurikulum dan instruksi belajar yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala.


Proses yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran diri dalam mengenali emosi yang berkecamuk, apakah ia sedang marah, sedih, kecewa, jijik, bahagia, dan kaget sebagai emosi dasar yang tumbuh dan dimiliki setiap manusia (kesadaran diri). Ketika secara seseorang telah mengenal emosinya sendiri, selanjut ia akan berusaha untuk mengendalikan serta mengelola emosi tersebut, secara sadar dia akan berpikir dan berusaha untuk mengahadapi. Buah dari menemu kenali dan pengelolaan emosi itu, seorang individu akan mulai merasakan dan memposisikan diri sebagai orang lain tidak akan langsung memberikan sebuah penghukuman akan tetapi muncul rasa empati dan kepedulian. Kepedulian dan empati lah yang menjadikan seseorang memiliki keterampilan social, keterampilan/kompetensi yang dimiliki seseorang untuk mengembalikan diri keadaan semula atau memulihkan emosi yang berkecamuk dengan mengarahkan sesuatu hal yang bersifat produktif. Seseorang yang berdaya lenting/resiliensi. Supaya berdaya lenting, setiap individu harus belajar dan berlatih menentukan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan selalu meninjau segala hal yang akan mungkin terjadi, berbagai pilihan solutif dan akibat-akibat yang akan mendera jika keputusan tersebut diambil. Itulah gambaran dari lima kompetensi social emosional.

Pembelajaran social emosional dapat diterapkan dalam ruang lingkup dan teknik yang berbeda-beda. (1) Ruang lingkup Rutin bisa menggunakan beberapa teknik yaitu Menuliskan cerita tentang kejadian sebelum berangkat sekolah dan perasaan yang sedang dirasakan di buku catatan harian, melakukan kebiasaan berbahasa dengan baik ketika di sekolah maupun di luar sekolah, Kegiatan Jumat bersedekah, lomba kebersihan dan keindahan kelas (2) Ruang lingkup terintegrasi pada mata pelajaran bisa menggunakan teknik : melakukan teknik kesadaran diri, ice briking, Melakukan refleksi, Sapaan Humanis di setiap awal pembelajaran, Diskusi kelompok dan Kesepakatan Kelas; (3) Ruang Lingkup Protokol atau budaya tata tertib, teknik yang digunakan : membiasakan datang tepat waktu, membiasakan menghargai pendapat orang lain, Membiasakan perilaku 6S ketika berjumpa seluruh warga sekolah, Kegiatan bakti social dan membuat kolase diri.

 

5 KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL

  1. Kesadaran diri

Kemampuan untuk memahami perasaan, emosi dan nilai-nilai diri sendiri dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan

  1. Manajemen diri

Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan aspirasi

  1. Kesadaran social

Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya dan konteks yang berbeda-beda

  1. Keterampilan Berelasi

Kemampuan untuk membangn dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif

  1. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi diri bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat dan kelompok

 

KESADARAN PENUH/MINDFULNESS

Kesadaran penuh dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan welas asih (Kabat-Zinn dalam Hawkins, 2017)

Praktik kesadaran penuh dapat dilakukan dengan teknik STOP

Contoh latihan kesadaran penuh



KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS (WELL-BEING)

Sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungna dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengekplorasi dan mengembangkan dirinya 

Dengan well-being yang optimum seseorang memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam menghadapi stres dan terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawa

 

4 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

1.     Pengajaran Eksplisit

2.     Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik

3.     Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah

4.     Penguatan PSE pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah

 

B. Koneksi Antar materi Pembelajaran sosial emosional dengan modul sebelumnya

Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional selalu mengajarkan kepada para pendidik untuk memiliki keluasaan spiritual, intelektual, moral dan emosional dalam mendidik.  Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi – tingginya. Pendidikan Budi pekerti berarti pembelajaran tentang  batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “ Tri Sakti” yaitu Cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan). Sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga / perbuatan. Kebersihan bidi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan. 

Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

 Nilai dan peran guru penggerak adah Nilai dan peran guru penggerak adalah implementasi dari beberapa keterampilan atau kompetensi yang harus dimilki oleh guru. Nilai ini sebagai pedoman  berperilaku dan mendukung guru melaksanakan peran- perannya, untuk mencapai tujuan pendidikan dan mewujudkan profil pelajar pancasila. Banyak hal yang telah di pelajari pada modul 1.2 materi peran dan nilai guru penggerak.  Adapun Peran guru penggerak adalah (a) Menjadi pemimpin pembelajaran (b) Menggerakan komunitas Praktisi (c) Menjadi coach bagi guru lain (d) Mendorong kolaborasi antar guru (e) Mewujudkan kepemimpinan guru. Sedang Nilai guru penggerak adalah (1) Mandiri, (2) reflektif, ( 3) kolaboratif,(4) inovatif, dan(5) berpihak pada murid. Penelitian neurosains adalah pengambilan keputusan dimulai dari sistem limbic yang mengelola emosi kita. Ketika kita menyadari emosi akan menentukan bagaimana kita mengambil keputusan. Dan kecerdasan emosi adalah mengenali bagaimana diri melihat ancaman.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Profil pelajar pancasila adalah sebuah asa, cita yang diharapkan tercapai guru penggerak. Terciptanya pelajar yang beriman bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, berinisiatif untuk melakukan sesuatu tanpa diperintah,  melakukan sesuatu positif dengan bergotong royong, pelajar yang memiliki ide kreatif dalam menghadapi sebuah permasalahan, pelajar yang selalu menimbang dan mempertimbangkan suatu isue dengan tidak menelannya bulat-bulat, dan pelajar yang kompeten dan siap berkompetisi dengan isue dan tantangan global. Profil ideal tersebut akan cepat terealisasi jika guru memiliki nilai positif yang tertanam dalam dirinya dan mampu memerankan fungsinya yang tidak hanya menjadi pemimpin pembelajaran tetapi mampu bergerak bersinergis  serta menggerakkan ekosistem sekolah yang berpihak pada peserta didik. Maka sangat dibutuhkan pendidik yang mampu berkolaborasi dengan seluruh elemen yang ada di sekolah melalui pembelajaran sosial emosional.


Modul 1.4 Budaya Positif

Kelas merupakan lingkungan terkecil dalam sekolah tempat penanaman dan pembiasaan budaya positif. Budaya yang menjadi keagungan sekolah. Budaya yang menjadikan satu sekolah berbeda dari sekolah lainnya. Di kelaslah peserta didik dan guru memainkan emosinya. Di kelas, awal tempat bagaimana seorang guru dan peserta didik belajar mengenali emosi, mengelola emosi, menumbuhkan dan menanamkan rasa empati, berdaya lenting, serta belajar dan berlatih untuk membuat sebuah keputusan yang bertanggung jawab. Proses pembelajaran sosial emosional membantu guru dan peserta didik untuk terbiasa melakukan budaya positif. Dan guru harus mampu bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya disekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan emosional murid. 

Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi memiliki Korelasi dengan pembelajaran social emosional. Pembelajaran sosial emosional ini akan memandu seorang guru untuk mampu mengelola sebuah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran  yang selalu mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik. Baik minat, apa yang ia sukai, bagaimana kesukaan tersebut membantunya untuk lebih mempercepat dan mempermudah memahami suatu konsep. Guru mata pelajaran  harus berusaha untuk menyelaraskan mata pelajaran yang diajarkan dengan sesuatu yang murid sukai atau minati. Guru pun menggali akan profil belajar seperti apa yang dimiliki peserta didiknya. Apakah ia tipe yang lebih cepat memahami dan mengeksplorasi kemampuannya dengan visualisasi, auditori atau mungkin dengan cara mempraktikkan langsung (kinestetik). Selain itu dalam mengajar, terkadang guru sering menemukan anak-anak yang memiliki kelebihan.  Mereka sudah lebih tahu dengan teori, konsep atau pengetahuan yang akan diajarkan guru. Atau mungkin anak-anak yang hanya tahu sebagian konsep atau bahkan banyak anak yang tidak tahu sama sekali, anak yang baru mengenal konsep baru tersebut. Di sanalah dibutuhkan kecermatan seorang guru memberikan, memilah dan memilih treatment seperti apa yang cocok bagi perbedaan kesiapan belajar peserta didik.

 SALAM BAHAGIA, SALAM PENGGERAK, SERENTAK BERINOVASI

 

 


0 komentar:

Posting Komentar