KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2.a.8
A. Sintesis Materi Pembelajaran social Emosional
Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajar yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaboratif ini memungkinkan anak dan orang dewasa disekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
Tujuan pembelajaran sosial emosional
- Memberi pemahaman, penghayatan dan kemampuanuntuk mengelola emosi
- Menetapkan dan mencapai tujuan positif
- Merasakan dan menunjukan empati kepada orang lain
- Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif
- Membuat keputusan yang bertanggung jawab. Ruang lingkup pembelajaran sosial emosional yakni Rutin, terintegritas dalam mata pelajaran dan protocol. Lima kompetensi sosial dan emosional (1) kesadaran diri (2) pengelolaan diri (3) kesadaran sosial (4) keterampilan relasi (5) pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
Proses yang dilakukan
untuk menumbuhkan kesadaran diri dalam mengenali emosi yang berkecamuk, apakah
ia sedang marah, sedih, kecewa, jijik, bahagia, dan kaget sebagai emosi dasar
yang tumbuh dan dimiliki setiap manusia (kesadaran diri). Ketika secara
seseorang telah mengenal emosinya sendiri, selanjut ia akan berusaha untuk mengendalikan
serta mengelola emosi tersebut, secara sadar dia akan berpikir dan berusaha
untuk mengahadapi. Buah dari menemu kenali dan pengelolaan emosi itu, seorang
individu akan mulai merasakan dan memposisikan diri sebagai orang lain tidak
akan langsung memberikan sebuah penghukuman akan tetapi muncul rasa empati dan
kepedulian. Kepedulian dan empati lah yang menjadikan seseorang memiliki
keterampilan social, keterampilan/kompetensi yang dimiliki seseorang untuk
mengembalikan diri keadaan semula atau memulihkan emosi yang berkecamuk dengan
mengarahkan sesuatu hal yang bersifat produktif. Seseorang yang berdaya
lenting/resiliensi. Supaya berdaya lenting, setiap individu harus belajar dan
berlatih menentukan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan selalu
meninjau segala hal yang akan mungkin terjadi, berbagai pilihan solutif dan
akibat-akibat yang akan mendera jika keputusan tersebut diambil. Itulah
gambaran dari lima kompetensi social emosional.
Pembelajaran social
emosional dapat diterapkan dalam ruang lingkup dan teknik yang berbeda-beda.
(1) Ruang lingkup Rutin bisa menggunakan beberapa teknik yaitu Menuliskan
cerita tentang kejadian sebelum berangkat sekolah dan perasaan yang sedang
dirasakan di buku catatan harian, melakukan kebiasaan berbahasa dengan baik
ketika di sekolah maupun di luar sekolah, Kegiatan Jumat bersedekah, lomba
kebersihan dan keindahan kelas (2) Ruang lingkup terintegrasi pada mata
pelajaran bisa menggunakan teknik : melakukan teknik kesadaran diri, ice
briking, Melakukan refleksi, Sapaan Humanis di setiap awal pembelajaran,
Diskusi kelompok dan Kesepakatan Kelas; (3) Ruang Lingkup Protokol atau budaya
tata tertib, teknik yang digunakan : membiasakan datang tepat waktu,
membiasakan menghargai pendapat orang lain, Membiasakan perilaku 6S ketika
berjumpa seluruh warga sekolah, Kegiatan bakti social dan membuat kolase diri.
5 KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL
- Kesadaran diri
Kemampuan untuk memahami perasaan, emosi dan nilai-nilai diri sendiri
dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks
kehidupan
- Manajemen diri
Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan aspirasi
- Kesadaran social
Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan
orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya dan konteks
yang berbeda-beda
- Keterampilan Berelasi
Kemampuan untuk membangn dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat
dan suportif
- Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab
Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar
atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa
aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi diri bermacam-macam
tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri,
masyarakat dan kelompok
KESADARAN PENUH/MINDFULNESS
Kesadaran penuh dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika
seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang
dilandasi rasa ingin tahu dan welas asih (Kabat-Zinn dalam Hawkins, 2017)
Praktik kesadaran penuh dapat dilakukan dengan teknik STOP
Contoh latihan kesadaran penuh
KESEJAHTERAAN
PSIKOLOGIS (WELL-BEING)
Sebuah kondisi
dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain,
dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi
kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungna dengan baik,
memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha
mengekplorasi dan mengembangkan dirinya
Dengan well-being yang optimum seseorang memiliki kemungkinan lebih
tinggi untuk mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi, kesehatan fisik dan
mental yang lebih baik, memiliki ketangguhan dalam menghadapi stres dan
terlibat dalam perilaku sosial yang lebih bertanggung jawa
4 IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL
1. Pengajaran Eksplisit
2. Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
3.
Penciptaan iklim kelas dan
budaya sekolah
4.
Penguatan PSE pendidik dan
tenaga kependidikan di sekolah
B. Koneksi Antar materi Pembelajaran
sosial emosional dengan modul sebelumnya
Modul 1.1 Filosofi Pemikiran Ki Hajar
Dewantara
Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional selalu mengajarkan kepada para pendidik untuk memiliki keluasaan spiritual, intelektual, moral dan emosional dalam mendidik. Tujuan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi – tingginya. Pendidikan Budi pekerti berarti pembelajaran tentang batin dan lahir. Pembelajaran batin bersumber pada “ Tri Sakti” yaitu Cipta (pikiran), rasa, dan karsa (kemauan). Sedangkan pembelajaran lahir yang akan menghasilkan tenaga / perbuatan. Kebersihan bidi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.
Modul 1.2 Nilai dan Peran
Guru Penggerak
Nilai dan peran guru penggerak adah Nilai dan
peran guru penggerak adalah implementasi dari beberapa keterampilan atau
kompetensi yang harus dimilki oleh guru. Nilai ini sebagai pedoman
berperilaku dan mendukung guru melaksanakan peran- perannya, untuk mencapai
tujuan pendidikan dan mewujudkan profil pelajar pancasila. Banyak hal yang telah di
pelajari pada modul 1.2 materi peran dan nilai guru penggerak. Adapun Peran guru penggerak adalah (a)
Menjadi pemimpin pembelajaran (b) Menggerakan komunitas Praktisi (c) Menjadi
coach bagi guru lain (d) Mendorong kolaborasi antar guru (e) Mewujudkan
kepemimpinan guru. Sedang Nilai guru penggerak adalah (1) Mandiri, (2)
reflektif, ( 3) kolaboratif,(4) inovatif, dan(5) berpihak pada murid. Penelitian
neurosains adalah pengambilan keputusan dimulai dari sistem limbic yang
mengelola emosi kita. Ketika kita menyadari emosi akan menentukan bagaimana
kita mengambil keputusan. Dan kecerdasan emosi adalah mengenali bagaimana diri
melihat ancaman.
Modul 1.3 Visi Guru Penggerak
Profil pelajar pancasila
adalah sebuah asa, cita yang diharapkan tercapai guru penggerak. Terciptanya
pelajar yang beriman bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia,
berinisiatif untuk melakukan sesuatu tanpa diperintah, melakukan sesuatu
positif dengan bergotong royong, pelajar yang memiliki ide kreatif dalam
menghadapi sebuah permasalahan, pelajar yang selalu menimbang dan
mempertimbangkan suatu isue dengan tidak menelannya bulat-bulat, dan pelajar
yang kompeten dan siap berkompetisi dengan isue dan tantangan global. Profil
ideal tersebut akan cepat terealisasi jika guru memiliki nilai positif yang
tertanam dalam dirinya dan mampu memerankan fungsinya yang tidak hanya menjadi
pemimpin pembelajaran tetapi mampu bergerak bersinergis serta
menggerakkan ekosistem sekolah yang berpihak pada peserta didik. Maka sangat
dibutuhkan pendidik yang mampu berkolaborasi dengan seluruh elemen yang ada di
sekolah melalui pembelajaran sosial emosional.
Modul 1.4 Budaya Positif
Kelas merupakan lingkungan terkecil dalam
sekolah tempat penanaman dan pembiasaan budaya positif. Budaya yang menjadi
keagungan sekolah. Budaya yang menjadikan satu sekolah berbeda dari sekolah
lainnya. Di kelaslah peserta didik dan guru memainkan emosinya. Di kelas, awal
tempat bagaimana seorang guru dan peserta didik belajar mengenali emosi,
mengelola emosi, menumbuhkan dan menanamkan rasa empati, berdaya lenting, serta
belajar dan berlatih untuk membuat sebuah keputusan yang bertanggung jawab.
Proses pembelajaran sosial emosional membantu guru dan peserta didik untuk
terbiasa melakukan budaya positif. Dan guru harus mampu bersikap reflektif dan
kritis terhadap budaya disekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai
kebutuhan sosial dan emosional murid.
Modul 2.1 Pembelajaran
Berdiferensiasi
Pembelajaran
berdiferensiasi memiliki Korelasi dengan pembelajaran social emosional.
Pembelajaran sosial emosional ini akan memandu seorang guru untuk mampu
mengelola sebuah pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran yang selalu
mempertimbangkan kebutuhan belajar peserta didik. Baik minat, apa yang ia
sukai, bagaimana kesukaan tersebut membantunya untuk lebih mempercepat dan
mempermudah memahami suatu konsep. Guru mata pelajaran harus berusaha untuk menyelaraskan mata
pelajaran yang diajarkan dengan sesuatu yang murid sukai atau minati. Guru pun
menggali akan profil belajar seperti apa yang dimiliki peserta didiknya. Apakah
ia tipe yang lebih cepat memahami dan mengeksplorasi kemampuannya dengan
visualisasi, auditori atau mungkin dengan cara mempraktikkan langsung
(kinestetik). Selain itu dalam mengajar, terkadang guru sering menemukan
anak-anak yang memiliki kelebihan. Mereka sudah lebih tahu dengan teori,
konsep atau pengetahuan yang akan diajarkan guru. Atau mungkin anak-anak yang
hanya tahu sebagian konsep atau bahkan banyak anak yang tidak tahu sama sekali,
anak yang baru mengenal konsep baru tersebut. Di sanalah dibutuhkan kecermatan
seorang guru memberikan, memilah dan memilih treatment seperti apa yang cocok
bagi perbedaan kesiapan belajar peserta didik.
SALAM BAHAGIA, SALAM PENGGERAK, SERENTAK
BERINOVASI
0 komentar:
Posting Komentar