Koneksi Antar Materi Modul 1.2.a 8 Nilai dan Peran Guru Penggerak
Peristiwa:
Saat-saat
yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses
pembelajaran Pada Modul 1. ( Modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran KHD hingga Modul
1.2 adalah Nilai– nilai dan Perang Guru Penggerak ) yang
pertama Menjadi Pendidik Bagaimana Menuntun segala Kodrat yang ada pada anak
untuk kita tumbuh kembangkan agar Bahagia setinggi – tingginya. Yang kedua dengan mengetahui nilai-nilai dan peran apa saja yang
harus dimiliki oleh Guru Penggerak
Perasaan:
apa yang saya lakukan selama ini merasa belum ada apa - apanya masih jauh dari harapan . Berusaha agar selalu bermuhaasabah diri selalu reflektif mengetahui kekurangan agar menjadi kekuatan untuk bangkit menjadi agen Perubahan setelah mengetahui bagaimana Pemikiran Filosofi KHD dan nilai - nilai serta Peran guru Penggerak menambah energi baru bagi saya
Pembelajaran:
Sebelum
momen tersebut terjadi, merupakan cermin bagi diri saya berpikir bahwa apa saja yang harus dilakukan
sebagai Guru Penggerak , Berangkat dari Niat yang suci , Tugas yang suci ,Mendidik dengan hati ,jadikan sebagai ibadah
Penerapan ke depan (Rencana): Apa pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu memperkuat nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak?
- Luruskan Niat , bulatkan tekad untuk ikhlas mengabdi
- Membersamai dengan Program - program sebagai sekolah penggerak
- Melakukan Pengembangan diri untuk menigkatkan ketrampilan dan kopetensi
- tergerak dan bergerak melakukan perubahan sebagai agen perubahan
- melakukan refleksi untuk memperbaiki diri
- menjalin kolabaorasi , kerjasama yang baik dengan pemangku kepentingan
- memotivasi diri untuk selalu belajar
Dengan memiliki dan Menjiwai Nilai -Nilai dan Peran Guru sebagai Guru Penggerak akan Mudah Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional, dan akan Mencetak Generasi Emas yang Gemilang yang berkarakter Sesuai Pelajar Profil Pancasila
mari bergerak , tergerak dan menggerakan salam guru Penggerak
REFLEKSI DWI MINGGUAN PENDIDIKAN GURU PENGGERAK MODUL 1.2 : Nilai dan Peran Guru Penggerak
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN
PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
MODUL 1.2 : NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK
OLEH : CGP_ MUHAMAD
SDN 28 MELAYU KOTA BIMA
ANGKATAN 6 NUSA TENGGARA BARAT
REFLEKSI MENGGUNAKAN KERANGKA 4 P
Peristiwa: Momen yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah.
Saat-saat yang paling penting atau menantang atau mencerahkan bagi saya
dalam proses pembelajaran Pada Modul 1. ( Modul 1.1 tentang Filosofi Pemikiran
KHD hingga Modul 1.2 adalah Nilai– nilai dan Perang Guru Penggerak ) yang
pertama Menjadi Pendidik Bagaimana Menuntun segala Kodrat yang ada pada anak
untuk kita tumbuh kembangkan agar bahagia setinggi – tinggi. Yang kedua dengan
mengetahui nilai-nilai dan peran apa saja yang harus dimiliki oleh Guru
Penggerak
Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya fahami adalah.saling
keterkaitan dan mendukung satu sama lain antar peran, nilai dan filosofi
pemikiran ki hadjar dewantara
Perasaan: Saat itu terjadi saya merasa seperti bagaikan.
apa yang saya lakukan selamat ini merasa belum ada apa - apanya masih
jauh dari harapan . Berusaha agar selalu bermuhaasabah diri selalu reflektif
mengetahui kekurangan agar menjadi kekuatan untuk bangkit menjadi agen
perubahan setelah mengetahui bagaimana pemikiran Filosofi KHD dan nilai - nilai
serta Peran guru Penggerak menambah energi baru bagi saya
Pembelajaran:
Sebelum momen tersebut terjadi, merupakan cermin bagi diri saya berpikir
bahwa apa saja yang harus dilakukan sebagai Guru Penggerak , Berangkat dari
Niat yang suci , Tugas yang suci ,Mendidik dengan hati ,jadikan sebagai
ibadah
Penerapan ke depan (Rencana): Apa pengembangan diri yang sederhana,
konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri sekarang, untuk membantu
memperkuat nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak?
1. Luruskan Niat , bulatkan tekad
untuk ikhlas mengabdi
2. Membersamai dengan Program -
program sebagai sekolah penggerak
3. melakukan Pengembangan diri untuk
menigkatkan keterampilan dan kopetensi
4. tergerak dan bergerak melakukan
perubahan sebagai agen perubahan
5. melakukan refleksi untuk memperbaiki diri menjalin kolabaorasi , kerjasama yang baik dengan pemangku kepentingan , motivasi diri untuk selalu belajar
Dengan dan Menjiwai Nilai -Nilai dan Peran Guru sebagai Guru Penggerak
akan Mudah Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional, dan Mencetak Generasi Emas
yang Gemilang yang berkarakter Sesuai Pelajar Profil Pancasila
Mari bergerak , tergerak dan menggerakan salam guru Penggerak
1.4.a.8. Koneksi Antar Materi ( Budaya Positif )
Budaya positif di Sekolah merupakan nilai- nilai keyakinan dan asumsi dasar yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan diyakini di sekolah. Budaya positif tersebut berisi kebiasaan –kebiasaan yang disepakati bersama dan dijalankan dalam waktu yang lama dengan memperhatikan kodrat anak dalam hal ini kodrat zaman dan kodrat alam serta berpihak pada murid sesuai filosofi Ki Hajar Dewantara.
Budaya Positif
sekolah adalah budaya yang mendorong semua warga sekolah memiliki kebiasaan dan
disiplin diri yang baik, guna mewujudkan murid berkarakter Profil Pelajar
Pancasila. Dan untuk mencapai semua itu Budaya positif erat kaitannya
dengan peran dan nilai Guru.Peran dan
nilai Guru sangat penting,diantaranya guru sebagai pemimpin pembelajaran yang
akan menciptakan lingkungan kelas maupun sekolah yang nyaman dan kondusif dan
mewujudkan kepemimpinan murid.
Budaya positif
di terapkan disekolah guna membentuk karakter, Budi pekerti dan akhlak mulia
murid hal ini sangat sesuai dengan filosofi Ki hadjar Dewantara dimana
pendidikan tujuan utamanya adalah memperbaiki laku dan menebalkan garis-garis
yang masih samar dengan cara menuntun semua kodrat yang ada pada anak guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi –tingginya. Guru memberi contoh dan
menjadi teladan melakukan kebiasaan positif. Kebiasaan positif dilakukan
berulang –ulang akan menjadi budaya positif dan akhirnya menjadi karakter.
Dalam hal ini berkaitan dengan filosofi Ki Hadjar yakni Guru menjadi teladan
“Ing Ngarso Sungtulodo”
Menciptakan budaya positif
merupakan visi dan misi guru penggerak yakni pelajar yang berakhlak mulia,
disiplin, jujur dan berkarakter profil pelajar
pancasila. Untuk mewujudkam visi seorang
guru harus melaksanakan perannya dengan baik, selalu tergerak, bergerak dan menggeraka orang lain dalam melakukan
perubahan.
Dalam
membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang
positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan
mencipta dengan merdeka, mandiri dan bertanggung jawab. Disinilah peran guru
dijalankan dengan baik jangan sampai salah mengambil tindakan. Karena Selama
ini guru berpikir disiplin dikaitkan dengan kontrol, yakni kontrol guru dalam
menghadapi murid. Dr.William meluruskan beberapa miskonsepsi tentang Kontrol
yaitu, (a)ilusi guru mengontrol murid (b) ilusi bahwa semua penguatan positif
efektif dan bermanfaat (c) ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah
dapat menguatkan karakter (d) ilusi bahwa orang dewasa memilki hak untuk
memaksa.
Selama ini kata
disiplin sering dihubungkan dengan hukuman,
padahal itu sungguh berbeda, karena
belajar tentang disiplin positif tidak
harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternative terakhir
dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Guru harus bisa memberi rasa aman,
bahagia dan menyayangi siswa sesuai filosofi Ki Hadjar Dewantara yakni
“menghamba pada anak” Dalam mewujudkan murid yang merdeka harus ada disiplin
yang kuat, disiplin dimaksud adalah disiplin diri, yang memilki motivasi internal.
Ada 3 motivasi yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu
(a)
Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman
(b)
untuk memdapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain
(c)
untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai –nilai yang mereka percaya.
Menurut
Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang
akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada
hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Penerapan disiplin
terhadap suatu pelanggaran keyakinan
atau peraturan yang disepakati bisa berupa hukuman, sanksi/ konsekuensi dan
restitusi. Hukuman merupakan identitas gagal sedang disiplin melalui
sanksi/konsekuensi dan restitusi merupakan identitas berhasil/sukses. Dalam
membuat dan menjalankan keyakinan kelas dibutuhkan keterampilan guru dalam
menerapkan nilai dan peran sebagai guru.
Seluruh
tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha
terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Yaitu memenuhi satu atau
lebih kebutuhan dasar kita. Ada 5 kebutuhan dasar manusia yaitu (a) bertahan
hidup (b) cinta dan kasih sayang (c) kebebasan (d) kesenangan (e) kekuasaan.
Dalam memenuhi kebutuhan murid Guru harus berkiblat pada filosofi Ki Hadjar
dewantara yakni menghamba pada murid, dan kodrat anak bermain serta menjalankan
peran dan nilai guru yakni mewujudkan kepemimpinan murid dan berpihak pada muri
Model
disiplin yang berpusat pada murid, yang dikembangkan oleh Diane Gossen dengan
pendekatan Restitusi, yang disebut dengan lima posisi control. Kelima posisi
control tersebut adalah (a) penghukum (b) pembuat orang merasa bersalah (c) teman (d) Monitor/ pemantau (e)
manajer. Dari kelima posisi kontrol ini
perilaku control negative termasuk identitas gagal yakni dengan
menghukum dan pembuat orang merasa bersalah. Sedang perilaku control positif
termasuk identitas berhasil/sukses yakni posisi teman, monitor/pemantau dan
manajer. Guru diharapkan mampu mengambil dan menjalankan posisi manajer dalam
mendisiplinkan diri siswa.
Restitusi
adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang
lebih kuat (Gossen;2004). Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang
mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid
berpikir tentang orang seprti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka
harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Restitusi membantu murid
menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin positif, dan memulihkan dirinya setelah
berbuat salah.
Cirri-ciri
restitusi yang membedakan dengan program disiplin lain adalah
- Restitusi
bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan
- restitusi
memperbaiki hubungan
- restiyusi
adalah tawaran, bukan paksaan
- restitusi
menuntun untuk melihat ke dalam diri
- restitusi
mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
- restitusi
diri adalah cara yang paling baik
- restitusi
focus pada karakter bukan tindakan
- restitusi
menguatkan
- restitusi
focus pada solusi
- restitusi
mengembalikan murid yang berbuat salah pada kelompoknya. Adapun Tahapan
untuk menyiapkan murid melakukan restitusi, bernama segitiga restitusi yakni
tahapan
(1)
menstabilkan identitas
(2)
validasi tindakan yang salah
(3)
menanyakan keyakinan. Dalam hal ini guru bisa menjalankan perannya dengan baik
dalam menyelasaikan persoalan atau kasus yang dihadapi murid melalui segitiga
restitusi.
Setelah
mempelajari Modul ini Mulai dari
1.1
Refleksi Pendidikan
Nasional Ki Hadjar Dewantara
1.2
Nilai – nilai Guru
Penggerak
1.3
Visi Guru Penggeak
1.4
Budaya Positif
Semuanya
telah tercerahkan bagaimana menjadi Guru yang bergerak , tergerak dan
menggerakkan mewujudkan merdeka belajar.
Rancangan
untuk Aksi Nyata
Judul Modul : MEWUJUDKAN
KEPEMIMPINAN MURID YANG BERKARAKTER MELALUI BUDAYA POSITIF
Nama
Peserta : Muhamad, S.Pd Gr
Latar Belakang
Salah
satu pendidikan yang penting dalam membangun peradaban yang baik adalah
pendidikan karakter . Pendidikan karakter di sekolah merupakan sebuah keharusan
yang harus dilakukan sekolah dalam melahirkan generasi penerus yang memiliki
karakter . Pendidikan karakter bisa dikatakan sebuah kebutuhan yang mendasar
dan urgent sehingga dengan pendidikan karakter inilah siswa dapat diberikan
bekal bukan hanya dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi akan tetapi jauh
lebih dari itu adalah karakter yang baik yang nantinya mampu menjadikan dirinya
menjadi pribadi yang baik dan
membawa dampak yang positif baik di dalam keluarga maupun masyarakat sekitar.
Salah
satu wujud dari pembentukan karakter murid adalah melalui budaya positif.
Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan- keyakinan, dan
kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada siswa agar siswa dapat tumbuh
dan berkembang menjadi pribadi yang disiplin, bertanggung jawab, kritis,
mandiri,dan penuh hormat. Intinya sesuai pemikiran Ki Hajar Dewantara, guru
berperan sebagai penuntun segala kekuatan nkodrat yang ada pada murid untuk
mencapai kebahagiaan dan keselamatan setinggi- tingginya dengan memperhatikan
kodrat alam dan kodrat zaman. Budaya
positif menuntun siswa untuk melakukan hal positif sehingga dapat membentuk
karakter baik yang kelak akan bermanfaat bagi masa depan nya.
Pendidikan
berupaya memenuhi kodrat kebutuhan tumbuh kembang anak. Sesuai dengan pemikiran
KI Hadjar Dewantara yaitu “Menghamba pada anak”, menghamba ini bukan berarti
kita menyembah anak akan tetapi Pendidikan harus berorentasi pada kebutuhan
pada anak, sehingga anak dapat berkembang
sesuai dengan minat dan bakatnya. Menciptakan rasa aman, nyaman dan Bahagia.
Budaya positif di sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan
dan asumsi dasar yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut dan diyakini di sekolah. Budaya positif tersebut berisi
kebiasaan-kebiasaan yang sudah disepakati bersama dan dijalankan dalam waktu
yang lama dan berpihak pada anak. Langkah awal yang dilakukan untuk menciptakan
budaya positif adalah dengan membuat keyakinan kelas untuk membantu siswadan murid
menciptakan pembelajaran yang efektif.
Upaya
dalam menanamkan budaya positif di sekolah, guru memiliki peran sentral yaitu
posisi kontrol guru sebagai manajer dalam menerapkan budaya positif. Guru juga
berperan sebagai motivator dan inspirator dalam menumbuhkan budaya positif
sehingga nantinya guru akan menjadi “ing ngarso sung tulodho” dan menjadi agen
transformasi peruba han untuk mewujudkan murid yang memiliki karakter profil
pelajar Pancasila. Dalam menciptakan budaya positif, guru tentunya harus
bekerjasama dengan warga sekolah dalam hal ini kepala sekolah, rekan-rekan guru
dan juga murid serta melibatkan orangtua dan masyarakat sekitar.
Adanya kolaborasi antara pihak sekolah dengan masyarakat dapat mewujudkan
generasi emas dan berkarakter.
Tujuan
1 Menumbuhkan karakter
unggul murid melalui budaya positif dikelas maupun dirumah,
2 menumbuhkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, mandiri, kreatif, percaya diri dan saling menghargai lewat keyakinan kelas.
3. Menumbuhkan motivasi instriksi dalam
menerapkan budaya positif
Tolak Ukur
1
Terbentuknya keyakinan kelas yang
menjadi pedoman kelas
2
Siswa dan Guru konsisten dalam
menjalankan keyakinan kelas yang disepakati 3
3
Adanya karakter baik dalam diri siswa
seperti mandiri, jujur, disiplin, percaya diri, sopan santun, dan saling
menghargai
4
Adanya motivasi dari diri siswa untuk
belajar dan menghargai
Linimasa Tindakan
yang akan dilakukan
Adapun rincian dari tindakan aksi nyata yang
dilakukan adalah: •
MINGGU I : - Berkoordinasi dengan kepala sekolah,
Guru senior dan teman sejawat. - Sosialisasi kepada warga sekolah konsep inti
budaya positif - Menyusun rencana aksi nyata - Menyusun program budaya rutin
sekolah
MINGGU II : - Memberikan pengetahuan kepada murid
akan pentingnya membangun budaya positif kelas. - Membuat keyakinan kelas
MINGGU III : - Melakukan kegiatan budaya positif
secara rutin - Melaksanakan keyakinan kelas secara konsisten
MINGGU IV : - Melakukan evaluasi dan tindak lanjut
Dukungan yang
dibutuhkan
1.
Kepala sekolah
sebagai pemimpin pembelajaran dimana kami bisa meminta petunjuk dan arahan yang
bisa dilakukan untuk mengefktifkan Langkah kami.
2. Teman
Sejawat/guru sebagai partner kerja dalam berkolaborasi dan sharing tentang
pengalaman penanaman budaya positif kelas.
3. Murid sebagai subjek yang kami tanamkan Budaya
positif
4. Orang Tua sebagai partner untuk memantau
perubahan-perubahan positif pada murid